TangselCity

Ibadah Haji 2024

Pos Tangerang

Pos Banten

Politik

Olahraga

Nasional

Pendidikan

Ekonomi Bisnis

Galeri

Internasional

Selebritis

Lifestyle

Opini

Hukum

Advertorial

Kesehatan

Kriminal

Indeks

Dewan Pers SinPo

Pendidikan Nasional era Kapitalisme

Oleh: Muhammad Taufiqurrahman Z
Jumat, 03 Mei 2024 | 10:00 WIB
Ilustrasi
Ilustrasi

SERPONG - Selamat memperingati hari pendidikan Nasional (02 Mei 2024)

Opini ini saya rangkai dalam rangka menyambut hari pendidikan nasional, hari yang memperingati betapa besarnya jasa para pahlawan kita dalam memperjuangkan pendidikan di tanah air tercinta.

“Ing Ngarso Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani”

Berikut adalah filosofi pendidikan yang diprakarsai oleh ki hajar dewantara sang pahlawan nasional Indonesia di bidang pendidikan

Ing Ngarso Sung Tuladha yang berarti 'Di depan, seorang pendidik harus memberi teladan atau contoh tindakan yang baik'.
Ing Madya Mangun Karsa yang berarti 'Di tengah atau di antara murid, guru harus menciptakan prakarsa dan ide'.
Tut Wuri Handayani yang berarti 'Di belakang, guru harus bisa memberikan dorongan atau arahan'.

Hari pendidikan nasional diambil dari tanggal lahir ki hajar dewantara pada tanggal 02 mei 1889, yang bernama asli raden mas soewardi

beliau kerap menentang kolonial belanda terutama terkait pendidikan

Sang mahaguru ki hajar dewantara bersama dua rekannya ernest douwes dekker dan cipto mangunkusumo yang merupakan pelopor pendidikan di Indonesia di era kolonialisme, para tokoh yang konsisten memperjuangkan kemerdekaan indonesia di bidang pendidikan, beliau dengan lantang menyuarakan hak pendidikan bagi seluruh rakyat Indonesia, yang saat itu pendidikan hanya bisa diraih oleh anak dari golongan bangsawan dan keturunan belanda sehingga pendidikan bisa dirasakan oleh seluruh rakyat sipil (Indonesia).

Kualitas Pendidikan di Indonesia

Pendidikan adalah kunci kemajuan suatu bangsa, pendidikan juga menjadi tolak ukur yang menentukan kualitas SDM di negri ini, apakah bangsa Indonesia sudah mencapai kemajuan tersebut? jelas masih banyak yang harus diperbaiki, mulai dari literasi hingga instansi pendidikan yang cenderung kapitalis.

Menurut data UNESCO, minat baca masyarakat Indonesia sangat memprihatinkan, hanya 0,001%. Artinya, dari 1,000 orang Indonesia, cuma 1 orang yang suka membaca

Perihal literasi di Indonesia ini masih dalam kondisi darurat, padahal di zaman era digital ini kita dapat mengakses berbagai ilmu sesuai kebutuhan, tidak lagi sulit mencari apa yang dibutuhkan.

Teknologi yang tersebar luas seperti sekarang ini masih banyak disalahgunakan oleh penggunanya, menyebabkan ketergantungan (kecanduan) kepada gadget diluar batas wajar, sehingga dapat merusak moral generasi muda.

Kualitas pendidikan di Indonesia masih berada di level rendah. Hal ini berdasarkan dari data menurut Worldtop20.org menyatakan bahwa Indonesia berasa di peringkat 67 dari 203 megara di dunia. Meskipun terdapat kemajuan di beberapa daerah, akan tetapi pendidikan belum merata di seluruh Indonesia.

 

Rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia menjadi masalah serius yang berdampak pada masa depan generasi muda dan kemajuan negara secara keseluruhan. Kurangnya akses, kesenjangan regional, kurangnya sumber daya, serta kurikulum yang tidak sesuai dengan kebutuhan pasar kerja modern adalah beberapa faktor yang menyebabkan rendahnya kualitas pendidikan. Ini tidak hanya membatasi peluang individu untuk meraih kesuksesan pribadi, tetapi juga menghambat pertumbuhan ekonomi dan kemajuan sosial. Diperlukan perubahan sistematis dan investasi yang signifikan dalam pendidikan untuk mengatasi masalah ini dan memberikan masa depan yang lebih cerah bagi bangsa Indonesia.

Maraknya Kapitalisme Pendidikan di Indonesia

Pendidikan sangat penting karna menjadi kebutuhan primer masyarakat dan juga bidang yang fundamental bagi proses mencerdaskan kehidupan bangsa, maka tidak selayaknya pendidikan dijadikan sebagai ladang bisnis para kapitalis, apalagi di zaman sekarang pendidikan di Indonesia ini terbilang cukup mahal, pendidikan tinggi cenderung hanya bisa diraih oleh masyarakat kalangan atas.

Di zaman sekarang, Pendidikan menjadi barang mewah yang amat sulit dijangkau oleh seluruh penjuru masyarakat, ini disebabkan budaya kapitalis yang merambah dunia pendidikan, hal ini sangat bertentangan dengan misi para pendiri bangsa yang diamanahkan dalam UUD 1945 yakni mencerdaskan kehidupan bangsa.

Kapitalisme dalam pendidikan dapat menciptakan ketimpangan dalam akses pendidikan, di mana pendidikan berkualitas tinggi hanya tersedia bagi mereka yang mampu membayar, sementara yang kurang mampu mendapat akses terbatas atau bahkan terpinggirkan. Hal ini bisa menghambat mobilitas sosial dan merusak prinsip kesetaraan dalam pendidikan. Sistem pendidikan yang didasarkan pada kapitalisme juga dapat mengarah pada komersialisasi pendidikan, di mana profit menjadi fokus utama daripada kebutuhan dan kesejahteraan siswa. Meskipun demikian, beberapa pendukung menyebutkan bahwa persaingan di antara institusi pendidikan dalam sistem kapitalisme bisa mendorong inovasi dan peningkatan kualitas.

Di tingkat perguruan tinggi juga oknum kapitalis semakin merajalela, sebut saja baru-baru ini di Universitas Jendral Soedirman (Unsoed) & UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, kenaikan Uang Kuliah Tunggal (UKT) di Unsoed baru-baru ini menjulang tinggi hingga 5 kali lipat.

Di UIN Jakarta kenaikan UKT kisaran 2-5 juta (43-50%) setiap jurusannya, dan banyak kampus-kampus lain yang memancing jeritan para mahasiswa sebab ulah kapitalisme pendidikan.

Mengingat begitu vital dan fundamental pendidikan bagi masyarakat Indonesia, setiap orang memiliki hak untuk mendapatkan pendidikan tercantum dalam Pasal 28C ayat (1) UUD 1945 “setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak mendapat pendidikandan memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya, demi meningkatkan kualitas hidupnya dan demi kesejahteraan umat manusia.”

Peringatan hari pendidikan nasional ini kita semua berharap pendidikan kembali pada hakikat utamanya sebagai proses mencerdaskan kehidupan bangsa, pendidikan tidak patut dijadikan sebagai budaya kapitalis yang bersifat materialism, hedonism, dan paragmatism. Pendidikan bukan berorientasi kepada uang dan untung, masyarakat sudah selayaknya mendapat akses pendidikan dengan mudah.

Pos Berikutnya:
Inisial B
Dahlan Iskan
Komentar:
Berita Lainnya
Foto : Ist
Menggenjot Pertumbuhan
Sabtu, 18 Mei 2024
Dahlan Iskan
Lia Simple
Jumat, 17 Mei 2024
Dahlan Iskan
Lia James
Kamis, 16 Mei 2024
Dahlan Iskan
Lia Camino
Rabu, 15 Mei 2024
GROUP RAKYAT MERDEKA
sinpo
sinpo
sinpo